Namun yang memprihatinkan lagi, guru yang mengajar di sekolah ini, hanya bergajikan Rp 200 per hari. Suharni, wanita asal
Gunung Kidul, Yogyakarta ini bersama 7 rekannya menjadi guru di Sikuan Hulu.
"Gaji itu
didapat dari Indosawit, sekali ngajar dapat Rp 1.500 untuk
tiga guru. Karena kami bertujuh, jumlah itu akhirnya dibagi tujuh. Satu
orang jadi sekitar Rp 200," ungkap Suharni dilansir dari Kompas.com. Gaji hanya
didapat setiap kali mengajar. Alhasil, ketika libur panjang, Suharni
beserta suaminya yang juga guru sama sekali tidak memiliki penghasilan.
Dengan kondisi seperti itu, sang suami akhirnya keluar dari sekolah dan
beralih profesi sebagai buruh pabrik sawit. "Keadaan yang memaksa
suami saya berhenti jadi guru. Karena tidak mungkin dua-duanya jadi
guru, saat libur kami bingung cari uang dari mana?" imbuh wanita yang berumur 46 tahun ini.
Suami Suharni yang akhirnya beralih dari guru menjadi buruh pabrik sawit dan kini sudah berhasil mengelola perkebunan sawit sendiri. Suharni berencana akan tetap mendedikasikan hidupnya sebagai guru di pedalaman Ukui. Jika sudah pensiun, ia berniat akan kembali ke kampung halamannya di kota gudeg.
0 komentar:
Posting Komentar
SiLahkan tinggaLkan komentar sebagai jejak bahwa Anda pernah berkunjung di zhaLabe.bLogspot.com.
Terima kasih !!!