KAJIAN TENTANG CINTA

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Cinta juga dapat berupa sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Peneliti dari Syracuse University, Profesor Stephanie Ortigue, menemukan ada 12 area pada otak yang bekerja pada saat seseorang jatuh cinta. Kedua belas area itu menghasilkan bahan kimia, seperti dopamine, oxytocin, adrenalin, dan vasopression, yang berujung pada euforia. Rasa cinta juga memengaruhi fungsi psikologi, metafora, dan penilaian fisik.

Peneliti tersebut berpendapat, cinta itu berasal dari otak, contoh : suatu proses di otak kita bisa menstimulasi hati. Beberapa perasaan dalam hati kita sebetulnya merupakan gejala atas proses yang terjadi di dalam otak”

Menurut Ortigue, cinta bisa hadir dalam waktu seperlima detik. Hal ini dapat menghadirkan fenomena “cinta pada pandangan pertama”, yakni saat terjadinya peningkatan jumlah darah dalam faktor penumbuh untuk syaraf yang memegang peranan penting dalam cara orang bersosialiasi.

Menurut Ortigue, ada bagian otak yang berbeda untuk tipe cinta yang berbeda. Cinta tanpa syarat, contoh : cinta ibu kepada anak, dipicu oleh aktivitas otak di bagian umum dan pada tempat berbeda, termasuk otak tengah, Cinta yang bergairah antar kekasih melibatkan area kognitif, bagian yang mengharapkan imbalan, dan penilaian fisik.

Oleh sebab itu, cinta dapat mempengaruhi keseharian hidup masing-masing individu jika digunakan untuk tujuan yang positif. Memelihara perasaan cinta yang baik juga akan menjadikan hidup lebih bergairah, semangat, serta mendapatkan tambahan energi untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Sumber: GMC Wahyu Mariopunala