"Guru biasa memberitahukan, guru baik
menjelaskan
Guru ulung memeragakan, guru hebat
mengilhami"
(William Arthur ward)
Istilah kepribadian digunakan dalan
disiplin ilmu psikologi yang memiliki pengertian “sifat hakiki yang tercermin
pada sikap seseorang”, kata kepribadian diambil dari terjemahan kata bahasa
inggris yaitu kata Personality, yang berarti sebagai sifat dan tingkah laku
khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain.
Kata kepribadian dalam praktekx ternyata
mengandung pengertian yang kompleks. Hal ini terlihat dari kesulitan para ahli
psikolog untuk merumuskan defenisi tentang kepribadian secara tepat jelas, dan mudah dimengerti. Antara psikolog dengan
psikolog lain memiliki definisi yang berbeda-beda. Di bawah ini ada beberapa pengertian
mengenai kepribadian.
1. Witherington, kepribadian adalah seluruh tingkah laku seseorang yang
diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan
hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil daripada
suatu pertumbuhan yang dalam satu lingkungan cultural.
2. W. stern, pengertian person yaitu suatu kesatuan yang dapat
menentukan diri sendiri dengan merdeka dan mempunyai dua tujuan yaitu
mengembangkan diri dan memertahankan diri.
3. Gordon W. A, kepribadian yakni sebagai organisasi dinamis dalam
individu sebagai system psokofisis yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
4. Bahri Djamara, kepribadian adalah keseluruhan dari individu
yang terdiri dari unsure psikis dan fisik. Dalam makna tersebut seluruh sikap
dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu.
Asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa
seseorang itu memiliki kepribadian yang baik atau berkhlak mulia. Sebaliknya
bila seseorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang kurang terpuji maka
dikatakan orang itu tidak memiliki kepribadian yang baik atau tidak berakhlak
baik.
Selain keempat defenisi tersebut, para pakar lain juga memiliki
defenisi yang lain, sekalipun berbeda namun semua pengertian tersebut nampak
sangat jelas dan mudah dimengerti, dalam hal ini, Naim memberi
simpulan sebagai berikut:
1. Kepribadian itu senantiasa berkembang.
2. Kepribadian itu merupakan monodualis antar jiwa dan tubuh.
3. Kepribadian itu ada dibelakang tingkah kaku yang khas dan terletak
dalam individu.
4. Tidak ada seseorang yang mempunyai dua kepribadian.
5. Kepribadian itu berfungsi untuk adaptasi untuk adaptasi terhadap
dunia sekitar.
Kepribadian yang murni dan tulus merupakan syarat utama bagi seorang
pendidik, mengingat peranan sebuah kepribadian sangat besar memengaruhi
perkembangan peserta didik yang sedang belajar. Perlu pula kita ketahui bahwa pendidik
itu bekerja melalui pribadinya, dalam pribadi yang santun akan melahirkan anak
didik yang santun, begitu pula sebaliknya. Semua perilaku kita tiruan anak
didik. Baik itu perilaku yang benar maupun perilaku yang salah, masyarakat
member penilaian kepada anak didik dengan melihat kepribadian yang dimiliki
oleh gurunya di sekolah.
Pengaruh pribadi terhadap perkembangan peserta didik
dikatakan sebagai keteladanan. Lebih jauh dikatakan bahwa
keteladanan ini cukup efektif memengaruhi perilaku peserta didik, baik di
rumah, di dalam kursus, maupun di dalam organisasi sebab sebagian peserta didik
cenderung meniru perilaku gurunya. Lebih-lebih dalam masyarakat sikap
paternalis masih melekat kuat, peserta didik cenderung meniru orang-orang yang
mereka idolakan atau orang-orang yang mereka kagumi termasuk para pendidik.
Filosofi mendasar pada seorang guru maupun dosen adalah digugu dan ditiru. Digugu setiap tutur kata yang disampaikan dan ditiru setiap perlakuannya. Dualism pribadi yang ideal adalah kesimbangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Menurut Pidarta bahwa kepribadian pendidik atau guru tidak bertentangan dengan pribadi ketimuran atau budaya timur, khususnya yang biasa disebut dengan kepribadian Indonesia. Hal ini perlu disadari mengingat era globalisasi itu semakin membawa anak didik ke ruang-ruang yang lebih luas, agar peserta didik tidak mudah terperangkap oleh jebakan-jebakan yang berbau kenikmatan.
Filosofi mendasar pada seorang guru maupun dosen adalah digugu dan ditiru. Digugu setiap tutur kata yang disampaikan dan ditiru setiap perlakuannya. Dualism pribadi yang ideal adalah kesimbangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Menurut Pidarta bahwa kepribadian pendidik atau guru tidak bertentangan dengan pribadi ketimuran atau budaya timur, khususnya yang biasa disebut dengan kepribadian Indonesia. Hal ini perlu disadari mengingat era globalisasi itu semakin membawa anak didik ke ruang-ruang yang lebih luas, agar peserta didik tidak mudah terperangkap oleh jebakan-jebakan yang berbau kenikmatan.
Jadi,
kepribadian itu adalah modal yang harus dipupuk dan dibina secara terus menerus
agar tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan.
1 komentar:
siip
Posting Komentar
SiLahkan tinggaLkan komentar sebagai jejak bahwa Anda pernah berkunjung di zhaLabe.bLogspot.com.
Terima kasih !!!