Di malam natal, orang-orang berjalan dengan wajah
yang gembira memenuhi jalan di kota. Di jalan itu ada seorang gadis kecil
mengenakan pakaian compang-camping sedang menjual korek api. "Mau beli
korek api?" "Ibu, belilah korek api ini." "Aku tidak butuh
korek api, sebab di rumah ada banyak." Tidak ada seorang pun yang membeli
korek api dari gadis itu.
Tetapi, kalau ia pulang tanpa membawa uang hasil
penjualan korek api, akan dipukuli oleh ayahnya. Ketika akan menyeberangi
'alan. Grek! Grek! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan kencangnya.
"Hyaaa! Awaaaaas!" Gadis itu melompat karena terkejut. Pada saat itu
sepatu yang dipakainya terlepas dan terlempar entah ke mana. Sedangkan sepatu
sebelahnya jatuh di seberang jalan. Ketika gadis itu bermaksud pergi untuk
memungutnya, seorang anak lakilaki memungut sepatu itu lalu melarikan diri.
"Wah, aku menemukan barang yang bagus."
Akhirnya gadis itu bertelanjang kaki. Di
sekitarnya, korek api jatuh berserakan. Sudah tidak bisa dijual lagi. Kalau
pulang ke rumah begini saja, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hukuman yang
akan diterima dari ayahnya. Apa boleh buat, gadis itu membawa korek api yang
tersisa, lalu berjalan dengan sangat lelahnya. Terlihatlah sinar yang terang
dari jendela sebuah rumah. Ketika gadis itu pergi mendekatinya, terdengar suara
tawa gembira dari dalam rumah.
Di rumah, yang dihangatkan oleh api perapian, dan
penghuninya terlihat sedang menikmati hidangan natal yang lezat. Gadis itu
meneteskan air mata. "Ketika ibu masih hidup, di rumahku juga merayakan
natal seperti ini." Dari jendela terlihat pohon natal berkelipkelip dan
anak-anak yang gembira menerima banyak hadiah. Akhirnya cahaya di sekitar
jendela hilang, dan di sekelilingnya menjadi sunyi.
Salju yang dingin terus turun. Sambil menggigil
kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju. Perut terasa lapar dan
sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu, menghembus-hembuskan
nafasnya ke tangan. Tetapi, sedikit pun tak menghangatkannya. "Kalau aku
menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit terasa hangat." Kemudian
gadis itu menyalakan sebatang korek api dengan menggoreskannya di dinding.
Crrrs Lalu dari dalam nyala api muncul sebuah
penghangat. "Oh, hangatnya." Gadis itu mengangkat tangannya ke arah
tungku pemanas. Pada saat api itu padaamtungku pemanaspun menghilang. Gadis itu
menyalakan batang korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul
aneka macam hidangan.
Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh
dengan makanan hangat. "Wow! Kelihatannya enak." Kemudian seekor
angsa panggang melayang menghampirinya. Tetapi, ketika ia berusaha menjangkau,
apinya padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek
apinya, lalu menyalakannya lagi. Crrrs!
Tiba-tiba gadis itu sudah berada di bawah sebuah
pohon natal yang besar. "Wow! Lebih indah daripada pohon natal yang
terlihat dari jendela tadi." Pada pohon natal itu terdapat banyak lilin
yang bersinar. "Wah! Indah sekali!" Gadis itu tanpa sadar menjulurkan
tangannya lalu korek api bergoyang tertiup angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik
ke langit dan semakin redup. Lalu berubah menjadi bintang yang sangat banyak.
Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi
bintang beralih. "Wah, malam ini ada seseorang yang mati dan pergi ke
tempat Tuhan,ya... Waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya."
Sambil menatap ke arah langit, gadis itu teringat kepada Neneknya yang baik
hati. Kemudian gadis itu menyalakan sebatang lilin la i. Lalu di dalam cahaya
api muncul wujud Nenek yang dirindukannya. Sambil tersenyum, Nenek menjulurkan
tangannya ke arah gadis itu.
"Nenek!" Serasa mimpi gadis itu melo '
mpat ke dalam pelukan Nenek. "Oh, Nenek, sudah lama aku ingin bertemu'
" Gadis itu menceritakan peristiwa yang dialaminya, di dalam pelukan Nenek
yang disayanginya. "Kenapa Nenek pergi meninggalkanku seorang diri? Jangan
pergi lagi. Bawalah aku pergi ke tempat Nenek." Pada saat itu korek api
yang dibakar anak itu padam. "Ah, kalau apinya mati, Nenek pun akan pergi
juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi..."
Gadis itu segera mengumpulkan korek api yang
tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek api itu terbakar, dan
menyinari sekitarnya seperti siang harl. Nenek memeluk gadis itu dengan erat.
Dengan diselimuti cahaya, nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan
perlahanlahan. "Nenek, kita mau pergi ke mana?" "Ke tempat Tuhan
berada."
Keduanya semakin lama semakin tinggi ke arah
langit. Nenek berkata dengan lembut kepada gadis itu, "Kalau sampai di
surga, Ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita."
Gadis itu tertawa senang. Pagi harinya. Orang-orang yang lewat di jalan
menemukan gadis penjual korek api tertelungkup di dalam salju. "Gawat!
Gadis kecil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini." "Cepat panggil
dokter!"
Orang-orang yang berkumpul di sekitarnya semuanya
menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang menolak membeli korek api pada malam
kemarin menangis dengan keras dan berkata, "Kasihan kamu, Nak. Kalau tidak
ada tempat untuk pulang, sebaiknya kumasukkan ke dalam rumah." Orang-orang
kota mengadakan upacara pemakaman gadis itu di gereja, dan berdoa kepada Tuhan
agar mereka berbuat ramah meskipun pada orang miskin.
0 komentar:
Posting Komentar
SiLahkan tinggaLkan komentar sebagai jejak bahwa Anda pernah berkunjung di zhaLabe.bLogspot.com.
Terima kasih !!!