Photobucket

NENEK MATINDO DAMA

Photobucket
ILustrasi Gambar
Selumbung Pakelalono atau dikenal dengan nama Nenek Matindo Dama yaitu sosok manusia pertama yang dipercaya untuk memandu setiap kegiatan kemasyarakatan di Wilayah Utara Timur Laut Enrekang. Daerah ini dikenal sebagai daerah pegunungan dengan persebaran penduduk yang belum mengenal peradaban sosial yang merata. Nenek Matindo Dama atau pemimpin pertama di wilayah kerajaan yang berpusat di Buntu lalono meliputi daerah kekuasaan yang sangat luas dengan batas pegunungan yang mengelilinginya mulai dari Uluwai, Marena, Benteng Alla, Latimojong, Lakawan sampai perbatasan Bungin dan Baraka, karena tempatnya yang cukup strategis di daerah ketinggian, Buntu Lalono dipilih sebagai tempat bermukim pertama Nenek Matindo Dama atau dikenal sebagai Selumbung Lalono.


Penghidupan mereka dan keturunanya hanya tergantung pada alam, maksudnya hanya memakan buah-buahan dan umbi-umbian yang tumbuh dengan sendirinya, berburu binatang juga hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat itu dengan menggunakan alat berburu atau peralatan pusaka andalannya yang terbagi atas 3 jenis yaitu Penai (berbentuk pedang), Gajang (berbentuk keris) dan Tallu Buntik (sejenis pisau pusaka bercabang tiga). Juga secara darurat biasa dibuat dari bahan kayu yang runcing dan mambu runcing (barorang). Benda pusaka ini melekat setiap hari di tubuh Nenek Matindo Dama dan seekor anjing setianya, pada setiap kali pergi berburu dan kemana saja mengawasi wilayah kekuasaannya.

Perjalanannya yang panjang dan sangat melelahkan, menyusuri sungai dari arah Parombean ke hilir, dalam tubuh Nenek Matindo Dama terluka akibat goresan batu cadas di sungai dan akhirnya beristirahat di suatu tempat sekaligus mencari dedaunan dan ramuan lainnya untuk mengobati lukanya tempat mengobati luka si Nenek Matindo Dama dinamakan Rogo' (sekarang kampung tersebut diabadikan namanya).

Lelah dan sakit terasa hingga sedikit pasrah dan akhirnya diputuskan hingga kembali ke istananya, kembali ke Buntu Lalono. Darah Nenek Matindo Dama yang menetes ke sungai konon kabarnya menjadi sesuatu yang sering diceritakan berubah menjadi pemangsa sungai yang dikenal dengan sebutan Kamandang.

0 komentar:

Posting Komentar

SiLahkan tinggaLkan komentar sebagai jejak bahwa Anda pernah berkunjung di zhaLabe.bLogspot.com.

Terima kasih !!!

(c) 2013 ZHALABE "Reading Is FundamentaL" and Powered by BLogger.