Metode
debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi
paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang
mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan
perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang
menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.Selanjutnya guru
dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua
posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur
debat.
Pada
dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa
saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling
tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan sosial yang
dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan
menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan
peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran
tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan
peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Metode
Role Playing adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Kelebihan metode Role Playing sebagai
berikut.
a. Seluruh
siswa mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.
b. Siswa
bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
c. Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
d. Guru
dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
e. Permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode
pemecahan masalah (problem solving)
adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Problem Based
Instruction (PBI) memusatkan
pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan
masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
a. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis,
pemecahan masalah.
d. Guru membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Skrip kooperatif adalah metode belajar
dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian
dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a. Guru
membagi siswa untuk berpasangan.
b. Guru
membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru
dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide
pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e. Bertukar
peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
f. Kesimpulan
guru.
g. Penutup.
Picture and
Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan logis.
Langkah-langkah:
a. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru
menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru
menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d Guru
menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru
menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari
alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman.
Numbered Heads
Together adalah suatu
metode belajar di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
a.
Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b.
Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
d.
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan
nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e.
Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f.
Kesimpulan.
Metode
investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan
proses kelompok (group process skills).
Para guru yang menggunakan metode investigasi
kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5
hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu
topik tertentu. Para siswa memilih topik yang
ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik
yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan
kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode
investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Seleksi topik
a. Seleksi topik
Parasiswa
memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerja sama
Parasiswa
beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di
dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c)
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
e. Penyajian
hasil akhir
Semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir
oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta
siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan
kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
Pada
dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan
guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada
awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin
guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
b. Kelompok
Kelompok
biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada
saat game.
c. Game
Game
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan
yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa
yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
d. Turnamen
Biasanya
turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama
guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi
prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan
seterusnya.
e. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan “Super
Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
a. Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll.).
b. Guru
menyajikan pelajaran.
c. Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
d. Guru
memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
e. Memberi
evaluasi.
f. Penutup.
Examples Non Examples
adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari
kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
a. Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/
menganalisis gambar.
d. Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
e. Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai
dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
Lesson Study
adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya
disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh
Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Metode ceramah
adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara
lisan kepada siswa. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan
guru. Hal ini karena metode ceramah mudah disajikan dan tidak banyak memerlukan
media.
Metode tanya
jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari
guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian
materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Dalam metode tanya jawab, guru
dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif agar mereka tidak
tergantung pada keaktifan guru.
Demonstrasi
adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik
dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh
guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus
didemonstrasikan.
Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang
dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran
dengan metode diskusi ini makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat
secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama.
Simulasi adalah pembelajaran untuk menguasai konsep atau
keterampilan melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.
Pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk
menguasai materi pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus
diselesaikan siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Setiap metode
pembelajaran dibahas menurut pengertian, tujuan, alasan penggunaan, kekuatan
dan kelemahannya, cara mengatasi kelemahan, dan langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran.
Metode Kerja
kelompok adalah
metode pembelajaran yang dipilih guru untuk menguasai materi pelajaran yang
harus diselesaikan oleh siswa secara kelompok.
Metode Karya wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan untuk
mempelajari materi pelajaran dengan cara mengunjungi secara langsung tempat
dimana materi pelajaran itu berada.
Metode
Penemuan adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran
perorangan, manipulasi objek, dan percobaan sebelum sampai kepada generalisasi.
Setiap metode pembelajaran dibahas menurut pengertian, tujuan, alasan
penggunaan, kekuatan dan kelemahannya, cara mengatasi kelemahan, dan
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran.
Metode
Eksperimen adalah
prosedur pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk
membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
Metode Pembelajaran Unit adalah prosedur pembelajaran dimana
siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang
dipelajarinya melalui berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna.
Metode Pembelajaran dengan Modul adalah prosedur
pembelajaran yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi
satu satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh
siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket belajar
berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar
SiLahkan tinggaLkan komentar sebagai jejak bahwa Anda pernah berkunjung di zhaLabe.bLogspot.com.
Terima kasih !!!